MAJALENGKA, (PRLM).- Selama ini telur asin
dikenal berasal dari Brebes atau Indramayu, karena di kedua wilayah
tersebut terdapat banyak outlet yang menyediakan telur asin. Telur asin
buatan Majalengka meski rasanya lebih baik dan enak belum banyak
dikenal masyarakat luar bahkan di Majalengkanya sendiri.
Di Kabupaten Majalengka ini ada lebih dari 300 produsen telur asin
yang rasa dan proses pembuatannya berbeda. Salah satunya adalah telur
asin garang produksi Yoyoh (31) warga Desa Rajagaluh Kidul, Kecamatan
Rajagaluh, tepatnya tidak jauhd ari Pasar Rajagaluh.
Telur asin garang yang diproduksi Yoyoh ini mungkin satu-satunya di
Majalengka. Rasa telur asin ini sedikit kenyal, tidak berair, warnanya
agak kusam berbeda dengan teluir asin rebus. Namun telur ini rasanya
lebih khas dan mudah mengelupas ketika dibuka. Tanpa harus menggunakan
sendok atau alat lain untuk membukanya.
Yoyoh memproduksi tiga rasa telur asin, pertama telur asin garang
biasa, telur asin rasa sup dan telur asin rasa pedas. Yang membedakan
rasa telur asin tersebut adalah ketika proses pembuatannya. Telur asin
ras sup ketika proses pembuatan abu dan air rendaman telur selain
dibubuhi garam juga dibubuhi merica dan bawang putih, sedangkan rasa
pedas air rendaman dibubuhi cabe sehingga ketika matang dan dimakan
rasanya sedikit pedas.
Untuk memperkuat rasa, rendaman telur asin menurut Yoyoh mencapai 10
hingga 12 hari sedangkan menggarangnya mencapai 3 jaman. Bila tidak
maka rasanya akan sama dengan telur asin biasa.
Dan itu pula yang membuat harga telur asin buaya Yoyoh lebih mahal
dari harga telur asin di pasaran pada umumnya yang harganya hanya Rp
2.000,- hingga Rp 2.500,-/butir. Sementara telur asin garang produksi
Yoyoh harganya Rp 3 ribu/butir.
“Telur ini memang lebih mahal dari telur asin lain, karena prosesnya
perendamannya lama, bumbunya beda serta waktu memasakpun beda kalau
dikukus kan cukup waktu setengah jam sementara dengan di garang waktunya
bisa mencapai 3 jam. Jadi penggunaan bahan bakar gas juga lebih
banyak,” ungkap Yoyoh.
Pemasaran telur asin garang ini masih terbatas di beberapa warung
nasi, karena produksinyapun baru sebanyak 1.500 butir/minggu. Ini
menurut Yoyoh karena terkendala modal dan bahan baku akibat mudim
kemarau.
“Pemasarannya di Kota Majalengka baru tiga rumah makan itu
diantaranya di kantin yang berada di Lingkungan Perkantoran Setda dan
rumah makan lengko di Jl Kartini, lainnya belum. Kita belum bisa
memasarkan,” kata Yoyoh.
Untuk memproduksi lebih banyak menurutnya butuh modal yang cukup
sementara modal yang dimilikinya masih terbatas, sehingga belum berani
mengembangkan.
Kepala Bidang Perindustrian di Dinas Perindustrian Perdagangan dan
Koprasi H.Asep Iwan Haryawan membenarkan adanya produsen telur asin
garang. Menurutnya banyak produsen telur asin yang rasanya sama dan
bahkan lebih baik di banding produk Brebes. Yang membedakan di
Majalengka belum banyak dikenal sedangkan di Brebes dan Indramayu telah
lebih dulu dikenal.
Produksi telur mendathnya sediri di Majalengka cukup banyak karena
ada peternak bebek yang cukup besar, Duki yang kini menjabat sebagai
Kuwu Desa Karikolot, Kecamatan. Setiap hari dia mampu memproduksi 1200
hingga 1300 telur. Selama ini pemasarannya selain di Majalengka juga
diambil oleh pengusaha telur asin di Jawa Tengah.
Beberapa produsen telur asin di Majalengka sendiri menurutnya sudah
berupaya di pasilitasi kesana hanya persoalannya pengambilan telur
tersebut tidak kontinu, karena pada saat musim panen produsen telur asin
mengambil telur gembalaan karena harganya murah sedangkan Duki sendiri
butuh stabilitas harga dan pengambilan.
Sementara persoalan modal yang dikeluhkan produsen telur asin, pihak
pemerintah berupaya mengintervensi lewat pemberian rekomendasi ke bank.
Dan bank yang akan memberikan pinjaman lunak bagi para pengusaha.
(C-28/A-26).***
No comments:
Post a Comment